23.23
Sekitar kurang lebih 1000 undangan pernikahanku telah
tersebar 1minggu yang lalu dan mungkin sudah sampai pada alamat yang di
tuju. Dan hari ini segala macam persiapan sudah hampir menuju kelar
untuk pesta dan akad nikahku. yah besok adalah masa aku untuk melepas
masa lajangku menikah dengan laki-laki pilihanku, Mas Andre namanya dia
keturunan jawa, Ayah dan ibunya orang jawa asli malang, berbeda dikit
dengan aku ibu sunda tapi ayahku sama kaya keluarga mas Andre dari jawa
malang,kami sebenarnya sudah lama mengenal sejak kuliah, tapi baru
ketemu lagi secara tidak sengaja dalam urusan pekerjaan, dan lama
kelamaan jadi akrab lalu kami menyegerakan untuk memutuskan menikah. Dia
tidak begitu tampan tapi dia mampu memikatku, sifatnya dewasa,
penyayang, disiplin, soleh pula. Kesolehan dan kedisiplinannya terbentuk
karena memang dia berasal dari keluarga yang taat beribadah dan
terbiasa hidup disiplin, Ayahnya adalah seorang tentara. Sosok mas Andre
mampu menggantikan figur seorang kakak dan sekaligus ayah bagiku, yang
memang tak pernah ku dapatkan kasih sayang dari kakak bahkan ayah. Aku
adalah anak tunggal- ayahku meninggal ketika aku masih dalam kandungan
dan sayangnya Ibu sudah tidak lagi menyimpan foto Ayah. Semua kenangan
dan memori tentang ayah hangus ketika terjadi kebakaran dirumah dinas
Ayah saat aku masih batita. Menurut ibuku ayahku juga seorang tentara
(hem ada kesamaan lagi aku dg mas andre tentang Ayah) Ia meninggal
ketika di tugaskan di luarkota.Tapi tentang bagaimana peristiwanya aku
tak pernah mendapatkan penjelasan lebih dari ibu, akupun tak tega untuk
mendesak ibu untuk menceritakan lebih karna setiap kali aku mulai
menanyakan tersirat kesedihan di muka ibu. Yang jelas menurut ibu,
Ayahku adalah sosok suami idaman, dan mungkin karna itu pula sampai saat
ini ibuku tak berniat untuk menghadirkan pengganti. Ibuku begitu setia
juga tabah menjalani hidup sendiri yang harus membesarkan, mencukupi
kebutuhanku, memberikan pendidikan yang layak hingga aku lulus sarjana.
Besok aku sudah memulai dengan kehidupanku yang baru, dan seolah
malam ini adalah malam perpisahanku dengan ibu, aku meminta ibuku
menemaniku semalaman dikamarku. Aku tidur di pangkuan ibuku ku peluk ibu
dengan erat, tangan ibuku yang lembut membelai-belai rambutku sambil
sesekali menepuk-nepuk punggung ku…
“tidak terasa sekarang kamu sudah besar y neng,tugas ibu untuk
menjaga amanat dari Allah sudah akan d ambil alih oleh suamimu, kamu
jaga diri baik-baik jadi istri harus nurut apa kata suami, hilangin juga
sedikit sifat manjamu itu”pesan ibu padaku
“ibu jangan sedih dong, widi tetep anak ibu” jawabku sambil menengadah menapap muka ibu namun tak sedikit ku lepas pelukanku di pangkuan ibu.
Rombongan dari malang sepertinya sudah datang, meski tidak melihat
langsung tapi dari suara orang-orang yang semakin riuh, juga terdngar
beberapa bunyi mesin mobi sedang di parkirkan. aku dipingit dan tidak di
ijinkan untuk keluar padahal aku juga ingin menyambut kedatangan calon
keluarga baruku terlebih hmmm… ya calon suamiku, tapi ya sudahlah nurut
aja apa kata adat orang tua, lagian aku juga harus istirahat agar
keesokan harinya aku tetep fresh toh ibuku juga nemenin aku tidur di
kamarku.
jam 1siang waktu bagian Bogor di jadwalkan sebagai akad pernikahanku.
Semua mata sepertinya tertuju padaku yang baru saja keluar dari kamarku
dengan gaun kebaya khas jawa yang serba putih, kepala berhiaskan
mahkota dengan bunga melati menjuntai di rambutku, aku bak permaisuri
jalanpun di iringi para bidadari. Tak pula hilang dari sampingku sang
bunda ratu yang
akan mengantarku menuju sang pangeran yang sejak tadi menungguku di depan penghulu.
Dek-dekan sih pastinya berasa makan permen nano yang berjuta rasa,
sesekali aku juga meremas lengan ibu tanda kegugupanku. Ibuku hanya
memandangiku dengan senyum tersungging dari bibirnya mengisyaratkan
untuk agar aku tidak gugup. Semakin dekat dengan meja penghulu detupan
jantungku pun makin kencang, nampak semakin jelas pula wajah pangeranku
yang sedang menungguku di sana dengan senyumannya yang has.
Tapi setibanya di tempat, ku dapati ada yang aneh dengan
Ibuku,perlahan ia melepaskan tangannya dariku dan pandangan matanya
tertuju pada laki-laki separu baya yang sedari tadi duduk tak jauh dari
mas andre yang taklain adalah Ayahnya mas andre, mereka saling menatap
tajam seolah pertemuan ini bukan kalipertamanya bagi mereka. Muka ibupun
berubah menjadi pucat pasih, ada sedikit tanda tanya dalam hatiku.
“bu…ibu…”
seruku sambil menarik tangan ibu bermaksud menyuruh ibu mensejajarkan duduk dengan orang orang yang sudah hadir terlebih dulu.
“i…iya”
sahut Ibu agak sedikit gugup.
“Dari mempelai wanita apakah walinya sudah hadir, juga saksi-saksi dari masing2 mempelai pria dan wanitanya sudh siap?”
tanya pak penghulu sambil menguluarkan berkas-berkas yang di butuhkan.
“siaaap”
serempak para hadirin menjawab.
dari pihakku Om ku yang jadi walinya dan 2sahabatku yang jadi saksi
sudah menanda tangani berkas yang penghulu kasih. sedang dari pihak
Calon suamiku, kulihat mas Wisnu di tanyai pak penghulu mengenai
hubungannya dengan calon suamiku
“Hubungan anda dengan mempelai pria?”
“saya kakaknya”
jawab mas wisnu,
dan pertnyaan yang sama juga di lontarkan kepada saksi kedua
“saya Ayahnya”
jawab ayah mas Andre.
Bersamaan dengan itu kudapati Ibu terperanjak sangat kaget, lebih kaget dari saat tadi Ibu memandangi wajah Ayah mas Andre.
“ke-2 mempelai sudah hadir, wali nikah dan para saksinyapun sudah
hadir, semua persyaratanpun sudah lengkap apa acaranya bisa dimulai
sekarang?”
kata pak penghulu yang akan memulai acara.
Saat pak penghulu akan memulai membaca doa pembukaan, tiba-tiba…
“pernikahan ini tidak boleh dilanjutkan!”
tutur ibuku dengan nada tinggi tapi sedikit gemetar.
kontan saja suasana menjadi hening terlihat wajah keanehan pada semua orang yang ada pada saat itu tak terkecuali aku.
“kenapa bu? ada yang…”
belum selesai pertanyaan yang di lontarkan pak penghulu, Ibuku sudah sigap melanjutkan gumamnya.
“pernikahan ini tidak boleh di lanjutkan, karna kalian…sedarah”
ucap ibu sambil menatapku dan dengan berlinangan airmata.
“apa maksud ibu dengan kata2 sedarah???”
tanyaku yang sangat amat heran dan hampir tak percaya dengan kata-kata ibu.
“kalian bersaudara… Andre adalah kakakmu dan dia adalah Ayahmu”
seraya ibu menjelaskan sambil menjuk ke arah ayah mas Andre.
Aku benar-benar tak percaya, bagai mendengar petir di siang bolong.
ini tidak mungkin bagai mana dengan aku dan cintaku kepada mas
Andre.Orang yang selama ini aku cintai dan satu langkah lagi akan
menjadi suamiku adalah Kakakku sendiri? Bagaimana dengan pernikahanku,
kenapa semua harus begini. Aku tidak percaya tidak… tidak… tidak….
“wid…wid…widi…widi!!!, kamu teriak begitu histeris, bangun nak bangun”
seru Ibuku berusaha menyadarkan Aku. Akupun tersadar dan terperanjak kaget
“kamu keringetan, teriak2 kayak orang kesurupan, kamu mimpi buruk ya?”
tanya ibuku, sementara aku masih terdiam membisu dengan jantung yang
berdetak cepat, nafas yang tersengal dan badan yang sedikit lemah.
Disodorkan segelas air putih oleh ibu bermaksud menyuruhku untuk minum.
“minum dulu biar kamu tenang, ngeliat kamu tertidur,tadi ibu keluar buat nemuin calon suamimu juga keluarganya”
ibuku menjelaskan.
“trus apa yang terjadi bu?apa ibu sebelumnya sudah kenal dengan orang tuanya mas andre?”
“ih… atuh kamumah aneh, ya jelas kenal atuh neng, pan mereka
pernah datang sebelumnya saat lamaran, ya kecuali ayahnya andre ibu bru
kali ini ketemu, kan dulu gak ikut datang karna sakit”
“jadi ibu nggak kenal sama ayahnya mas andre?”
tanyaku sambil mendesak ibu
“nggak”
jawab ibu sambil menggelengkan kepala
hufff… aku tarik nafas dan membuangnya perlahan sambil mengelus dada,
syukurlah ternyata tadi cuma mimpi buruk. Mungkin ini pengaruh sinetron
kesukaanku yang sering ku tonton saat aku punya waktu luang dimalam
hari yang ceritanya hampir mirit dengan mimpiku tadi. Argggh… ternyata
aku salah satu korban sinetron, tapi ini juga karna banyak hal2 yang
kebetulan sama antara aku dan mas andre tentang Ayah. hingga alam bawah
sadarku mampu berhayal kesitu.
“udah subuh neng, kamu sholat subuh dulu gih biar nanti teteh2
yang mau ngerias kamu bisa mulai bekerja, andre juga sedang siap-siap,
kamu juga buruan y neng” perintah ibuku.
Mendengar perintah dari Ibu, akupun segera beranjak dari tempat
tidurku,Sambil tak henti-henti ku mengucap kata syukur, karena aku
benar-benar tidak mengalami hal seperti di mimpiku tadi.
ini hari H pernikahanku, mudah mudahan semuanya dapat berjalan dengan
lancar, dan kami di berkati menjadi keluarga yang sakinah, mawadah,
warahmah.
Amiin…
0 komentar:
Posting Komentar